fbpx

Bagaimana Adab Dalam Melayat?

  • Home / Blog / Bagaimana Adab Dalam…
Bagaimana Adab Dalam Melayat?

Bagaimana Adab Dalam Melayat?

Kematian adalah takdir yang pasti akan datang pada setiap manusia. Hanya saja tidak sedikit dari mereka yang ceroboh bahkan mengabaikan hal ini. Bertakziyah atau melayat adalah salah satu hal yang dianjurkan dalam Islam. Ini merupakan pengingat bahwa setiap manusia sebenarnya hanya hidup sementara di dunia ini.

Imam al-Ghazali dalam risalahnya yang berjudul Al-Adab fid Din in Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 437), menyatakan ada empat tatakrama takziyah atau melayat sebagai berikut: Adab bagi orang yang melakukan takziah atau melayat yaitu sebisa mungkin menghindari hal-hal yang tidak patut di ucapkan, menunjukkan kesedihan, tidak banyak bicara, tidak tersenyum karena dapat menimbulkan rasa tidak suka.

Hal tersebut disampaikan juga dalam sebuah hadits. Dalam sebuah hadits juga disampaikan, Sesungguhnya adalah hak Allah untuk mengambil dan memberi sesuatu, segala sesuatu yang ada di sisi-Nya memiliki batas waktu yang telah ditentukan, oleh karena itu bersabarlah dan berharap pahala dari Allah. (Bukhari dan Muslim). Adab duka dalam Islam adalah sebagai berikut.

Bagaimana Adab Melayat dalam Islam?

Belasungkawa dan Mendoakan Mayit

adab melayat

Adab yang diajarkan dalam Islam ketika seseorang meninggal adalah mengucapkan belasungkawa. Misalnya, seorang muslim harus Melayat atau takziyah baik pada tetangga, saudara maupun teman. Belasungkawa bisa menjadi salah satu bentuk pelipur lara bagi keluarga yang ditinggalkan. Hal ini seperti yang tertuang dalam sebuah hadits:

“Tidaklah seorang muslim  yang berbela sungkawa (ta’ziyah) kepada saudaranya karena musibah, tetapi Allah SWT memberinya pakaian dari pakaian kemuliaan di hari kiamat.” (HR. Ibn Majah).

Selain berbelasungkawa, kita juga harus mendoakan mayit atau jenazah tersebut sebagaimana doa Rasulullah SAW ketika anak dari putri Rasulullah SAW meninggal sebagai berikut:

أَنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

Sesungguhnya adalah milik Allah apa yang Dia ambil dan akan kembali kepada-Nya apa yang Dia berikan. Segala sesuatu yang ada di sisi-Nya ada jangka waktu tertentu (ada ajalnya). Maka hendakah dia bersabar dan mengharap pahala dari Allah.”

Cepat Urus Jenazahnya

melayat dalam islam

Saat meninggal dunia, para pelayat yang berada dekat dengannya diharuskan untuk segera merawat jenazahnya. Bagi setiap muslim, hal pertama yang harus dipercepat adalah merawat jenazah dan tidak menundanya.

Telah menyampaikan kepada kami Qutaibah, telah memberi tahu kami Abdullah bin Wahab dari Sa’id bin Abdullah Al Juhani dari Muhammad bin Umar bin Ali bin Abu Thalib dari ayahnya dari Ali bin Abu Thalib bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dia berkata

“Wahai Ali, ada tiga hal, jangan tunda implementasinya; (Lakukan) sholat pada saat waktu, rawat tubuh jika seseorang meninggal, dan nikahi seorang gadis jika telah menemukan pasangan yang cocok.” 

Abu Isa berkata; Ini adalah hadits gharib, saya melihat bahwa sanad bukanlah muttasil. (HR. At-Tirmidzi No. 995). Nah Sahabat Cahaya Islam, merawat jenazah merupakan poin penting yang harus dipercepat saat seseorang meninggal. Inilah salah satu tata krama yang diajarkan Islam agar tidak menunda pengelolaan jenazah.

Menutupi Aib Orang yang Meninggal ketika Melayat

melayat

Membicarakan aib seseorang pada dasarnya tidak diperbolehkan, apalagi jika seseorang tersebut sudah meninggal. Dalam Hadits Rasulullah SAW bersabda 

Janganlah kalian mencela mayit, karena mereka telah pergi untuk memertanggug jawabkan apa yang telah mereka perbuat.” (HR Bukhari)

Sebuah hadits yang singkat namun sangat jelas bahwa kita tidak diperbolehkan untuk membicarakan aib seseorang yang sudah meninggal. Ada dua hal yang setidaknya bisa kita lakukan. Pertama, kita dapat mengenang segala kebaikan orang tersebut dan melanjutkan kebaikan-kebaikan yang orang tersebut sudah lakukan semasa hidupnya.

Kedua, kita dapat menjadikan kematian sebagai sebuah pelajaran dan peringatan agar kita dapat mempersiapkan dengan banyak beribadah dan melakukan amalan yang akan mendatangkan pahala daripada melakukan hal yang sia-sia.

4.7/5 - (50 votes)
3

Leave a Reply

Your email address will not be published.